Rabu, 06 Maret 2013

Wisata Alam di Kab. Bantul

1. Goa Gajah di Desa Mangunan

Goa Gajah Dlingo Bantul Yogyakarta tepatnya berlokasi di Dusun Lemahbang, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, sekitar 21 kilometer sebelah tenggara Kota Bantul Yogyakarta. Goa ini dapat diakses dari dua arah, pertama melalui jalur Imogiri-Dlingo. Yang ke dua jalur Pathuk-Dlingo-Mangunan.
Bagi Anda yang melalui jalur Imogiri, route yang lazim adalah masuk jalan ke arah makam Raja-raja Imogiri kemudian pada pertigaan akan sampai lokasi makam Raja kanan ambil Jurusan ke Dlingo dan ikuti jalan beraspal hotmix tersebut sekitar 4 km dengan kondisi jalan meananjak sampai di Desa Mangunan, Anda akan menemukan pertigaan (tepatnya pertigaan ini berada di depan komplek Balai Desa dan Puskesmas Mangunan), lurus menanjak ke arah Terong. 

Untuk menuju goa Gajah ini, Anda harus mengambil arah kanan dan mengikuti jalan beraspal hotmix dengan kondisi menurun kurang lebih 1,5 km kondisi jalan berkelok-kelok.Setelah habis jalan menurun ini, (ada gorong-gorong) dan bangunan gardu di kanan jalan, mungkin tak terlihat karena jalan menurun, Anda harus berbelok kanan dan kondisi jalan kondisi tanah liat, ikuti jalan tersebut kurang lebih 1km akan sampai lokasi.

Dari jalur Pathuk-Dlingo-Mangunan, setelah sampai Pasar Dlingo ikuti jalur ini. Hati-hati karena di Jalur kali urang jalan menurun tajam, dan setelah melewati jembatan akan menanjak cukup terjal.Setelah memasuki dukuh Seropan, Anda akan menemukan belokan dan dikiri jalan akan terlihat persawahan, kemudian akan terlihat gorong-gorong, kemudian ambil kiri melewati jalan tanah kondisi tanah liat kurang lebih 1 km sampai lokasi.

Nama goa gajah berasal dari adanya fitur khusus gumpalan batu yang berbentuk menyerupai gajah di dalam goa. Goa ini merupakan goa horisontal dengan kedalaman sekitar 200 meter, kondisi alam goa ini masih cukup alami dengan stalaktit dan stalakmit yang indah di sepanjang goa. Di dalam goa masih banyak ditemukan kelelawar dan air yang terus menetes sehingga membuat dasar goa ini cukup licin untuk dilalui.

Sebaiknya persiapkan alat penerangan yang baik untuk masuk, untuk pengunjung yang tidak kuat dengan bau kotoran sebaiknya menyiapkan penutup hidung karena goa Gajah ini banyak dihuni kelelawar, dan kotoranya banyak dimanfaatkan untuk Rabuk tanaman yang dimanfaatkan warga sekitar, mungkin dialam goa akan banyak ditemukan lobang-lobang kecil bekas pengambilan tanah atau kotoran kelelawar yang dimanfaatkan warga.
Ketika berada didalam, Anda akan disuguhi stalagmit dan stalagtid yang belum terjamah dan terlihat indah. Setelah berjalan beberapa ratus meter, Anda akan menemukan sebuah tempat terbuka di bawah tanah, dan konon menurut legenda disitulah terdapat batu mirip gajah, karena gajah terjatuh kedalam lobang dan mati.

Oleh sebab itu maka oleh warga sekitar, waktu itu kemudian diberi nama Goa Gajah. Untuk kebenaran cerita dari mulut-kemulut ini perlu dikaji lebih jauh. Untuk sekedar melepas lelah tempat ini menawarkan panorama alam dan Goa yang bagus.


2. Goa Cerme di Desa Giritirto

Terletak Dusun Srunggo, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Kab. Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Air Terjun ini terletak dekat dengan wana wisata Goa Cerme.  Konon Goa Cerme sendiri memiliki sejarah panjang sebagai tempat yang sering digunakan oleh Sembilan Wali (Wali songo) serta para pemuka agama Islam untuk bermusyawarah dan mencari inspirasi.

Keberadaan air terjun ini sayangnya kurang diperhatikan sebagai objek wisata, padahal potensinya cukup besar untuk memperkuat daya tarik Goa Cerme itu sendiri.  Sampai saat ini, Air Terjun Goa Cerme dimanfaatkan masyarakat setempat baik untuk kebutuhan harian maupun untuk mengairi pertanian mereka.

Aksesbilitas

Berjarak kurang lebih 25 km dari kota Bantul.  Untuk mencapai air terjun ini harus menempuh perjalanan dari bawah melewati jalan setapak di wilayah Dusun Srunggo. 


3. Goa Jepang di Desa Seloharjo


Goa ini berada di dusun Ngreco, dan Poyahan, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Gua Jepang merupakan peninggalan Perang Dunia II. Sebagai sarana pertahanan militer ( masa ) Jepang pada tahun. 1942-1945, terutama setelah Jepang mempertahankan diri dari kedatangan sekutu di Indonesia. Terdapat 18 bangunan bunker yang sebagian besar masih dalam keadaan utuh.



SITUS SUROCOLO

Berada di dusun, Poyahan, Seloharjo. Di situs ini terdapat sendang Surocolo dan tiga buah gua yaitu : Gua Surocolo, Gua Tawas, dan Gua Penek. Disekitar situs ditemukan pula arca Mahakala, Jaladwara, batu-batu candi. dan batu- batu Prasasti. Gua Surocolo merupakan peninggalan masa Hindu yang berlanjut sampai masa Islam.


CAGAR BUDAYA


Pleret merupakan kawasan cagar budaya petilasan jaman Mataram Kerto yaitu ibukota Mataram yang sebelumnya di Kotagede. Kraton ini didirikan oleh Sultan Agung. Peninggalan-peninggalan Keraton Kerta dapat dikatakan sangat minim. Peninggalan yang minim itu pun tidak begitu banyak membantu untuk memperkirakan bagaimanakah kira-kira bentuk Keraton Kerta pada zamannya. Potensi fisik yang dipunyai kawasan cagar budaya ini adalah Masjid,sisa-sisa bangunan kraton, tembok keliling, serta makam Ratu Malang di Gunung Kelir.


4. Goa Sunan Mas di Desa 
     Seloharjo

Situs Goa Surocolo  ini terletak di dusun Poyahan, kelurahan seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Goa ini disebut juga Goa Sunan Mas dikarenakan tempat ini dipergunakan sebagai tempat persembunyian Sunan Amangkurat III atau Sunan Amangkurat Mas sewaktu berkonfrontasi dengan pihak Belanda.
Namun menurut versi yang berbeda keberadaan Sunan Amangkurat di tempat ini memang sedianya untuk bertapa. Sedangkan goa surocolo tersebut merupakan buatan sunan Amangkurat Mas sendiri sebagai tempat pertapaannya. Dan menurut cerita yang beredar sewaktu membuat goa tersebut hadirlah seorang wanita yang bernama Dewi Nawangsasi yang berasal dari Majapahit bersama sang putra yang bernama semar inilah yang kemudian dengan kesaktiannya membantu penyelesaian pembuatan goa surocolo tersebut. Dan kemudian mereka tinggal bersama di Goa yang mereka buat tersebut dan keberadaan dewi Nawangsasi dicari seorang utusan dari Majapahit bernama Jaga Biro dan meminta agar dewi Nawangsasi untuk kembali pulang ke Majapahit. Namun Dewwi Nawansasi menolak dan hal tersebut juga tidak diperbolehkan oleh Sunan Amangkurat Mas. Hal tersebut kedua orang tersebut bertarung dan karena kesaktian keduanya akhirnya pertarungan dilanjutkan dengan adu menyelam di sungai opak. Karena bantuan kyai semar juga akhirnya SUnan Amangkurat Mas  memenangkan pertandingan tersebut dan  Jagabira sendiri dikabarkan melarikan diri ke Candi Gembirawati dan menetap disana. Dan Setelah Sunan Amangkurat ii mangkat Sunan Amangkurat Mas kembali ke Surakarta menggantikan ayahnya menjadi raja Kasunanan Surakarta.
Goa Surocolo berada di sebuah tebing pegunungan di dekat pemukiman desa poyahan. Keberadaan goa mempunyai kedalaman sekitar 6-7 meter  dengan mulut goa berukuran 1,5 m x 1 m dengan ketinggian langit langit goa tertinggi sekitar 7 meter. Selain goa Surocolo disekitar nya juga ditemukan 3 buah goa lain yakni goa kendhil, goa kenek, dan goa tawas. Masih disekitar goa ditemukan beberapa Arca Mahakal, Jaladwara, batu batu candi dan prasasti. 
Dilihat dari keberadaan arca tersebut di duga kuat merupakan peninggalan masa hinduyang berlanjut sampai islam. Didalam goa itu sendiri dahulu terdapat sebuah prasasti yang berisi kronogram yang berbunyi Krtining Pannembah Winayang hing ratu – 1624 yang keberadaanya sekarang telah dibawa ke Museum Jakarta. Sedangkan didepan goa juga terdapat prasasti yang yang terbuat dari batu andhesit dengan ukuran 51 x 24,5 x 12 cm. Walau kondisinya sudah terbelah namun masih sangat jelas gambar wayang Bhatra Gana dengan belali mengangkat kedua belah tanganya mendukung wadah yang berisikan air. Pada tahun 1976 ditemukan juga arca perunggu yang saat ini disimpan di BP3 Yogyakarta.

5. Goa Naga Bumi di Desa Seloharjo
Goa Jepang peninggalan tentara Jepang pada waktu perang dunia ke II tahun 1942-1945 yang berfungsi sebagai basis pertahanan dan pengintaian. Di dalamnya terdapat 1 dapur, 1 bunker dan 14 goa pengintaian. Selain itu terdapat Goa Naga Bumi yang memiliki jalan tembus ke Pantai Parangtritis. Letaknya di atas perbukitan selatan tepatnya di desa Seloharjo, Kevamatan Pundong, Kabupaten Bantul. Lokasi Goa atau bunker ini ada di wilayah Suracala, tempat yang memberikan pemandangan yang indah yakni pemandangan pantai selatan dari Pantai Parang Endog sampai Pantai Pandansimo.

6. Goa Payaman di Desa Argorejo
Gua Payaman sebagai Tempat Wisata yang Nyaman itulah tujuan warga sekitar Goa Payaman untuk mengelola tempat wisata, jelajah alam, hiking, dan sarana bumi perkemahan. Lokasi Goa Payaman terletak di bukit payaman dusun Polaman, Argorejo, Sedayu, Bantul, D.I Yogyakarta.
Untuk menuju Gua Payaman bisa melalui jalan wates, perempatan sedayu, tepatnya jl wates km 14.  Kemudian ke selatan sejauh 3km atau kalo dari jogja belok kiri saja, aksesnya juga tidaklah sulit, semua jalan menuju Goa Payaman sudah dengan aspal maupun semen. Kalo masih kurang jelas cukup tanya saja arah menuju Gua Payaman, pasti warga akan menunjukkan, bahkan jika tidak ada keperluan mereka mau mengantarkan sampai mulut gua.

Goa Payaman dikelola oleh sekelompok anak muda yang peduli lingkungan dan pengembangan dusun dengan label Payaman Managemen. Kelompok pemuda itu kemudian mengembangkan potensi dengan membuka Bumi Perkemahan seluas tiga hektar, dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum dan sarana pendukung lainnya, termasuk air bersih yang disalurkan dari sendang dan belik di sekitarnya, dan setelah di buka sekitar setaun lebih yang lalu Goa Payaman sudah sering digunakan untuk camping.

Goa Payaman dan Bumi Perkemahan terletak tidak berjauhan, dan keduanya dijadikan satu sebagai lokasi wisata edukasi, wisata sejarah, dan religi. Kedalaman lorong Goa Payaman sekitar tujuh meter. Terletak di tanahnya Ngadiman yang sekaligus sebagai Juru Kunci.

Selain Goa Payaman, di sekitar juga ada beberapa situs lainnya yaitu Gua Lanang, Watu Payung, Sendang Aneh, Sendang Payaman Wadon, Sendang Payaman Lanang. Konon Air dari dari Sendang Aneh tidak akan mendidih jika dimasak tidak dengan kayu bakar dari pohon sekitar Sendang. Masih ada lagi yaitu watu uyuh, begitulah warga menyebunya, watu artinya batu, uyuh artinya air kencing, berupa dinding batu putih yang berasa asin.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar