Minggu, 17 Februari 2013

Desa Wisata di Kab. Bantul

1. Desa Wisata Puton

Desa Wisata Puton : Puton, Trimulyo. Jetis, Bantul.


Dusun Puton sebagai sebuah desa wisata, mulai dibangun dan dikembangkan tahun 2009. Mulanya program yang digerakan Posdaya Ontoseno ini, coba mengedepankan potensi wilayah dan mengangkat potensi budaya yang tumbuh subur dalam komunitas masyarakat Puton. Potensi wilayah berupa petilasan Watu Ngelak dan wisata kuliner dengan sajian masakan ikan air tawar dari beberapa kolam di pinggir Kali Opak.

Dalam perkembangannya potensi budaya yang dimiliki seperti rumah berbentuk joglo, 2 set gamelan milik Suharjo dan milik kecamatan, kelompok kerawitan, ketoprak, mocopat, pedalangan, tari, hadroh dan seni ukir maupun lukis, menjadi daya tarik terutama bagi wisman. Untuk membangun kesadaran masyarakat menuju sebuah desa wisata, tahun 2010 Posdaya Ontoseno membentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) Watu Ngelak yang bertugas merancang berbagai kebijakan strategis dan pengelola wisata yang mengoperasionalkan penganangan kunjungan wisatawan.

Kunjungan wisatawan manca Negara (wisman) berdampak pada keingintahuan mereka terhadap seluruh aspek kehidupan masyarakat. Berbarengan dengan selesainya program rekonstruksi pasca gempa, para wisman tersebut ternyata tertarik dengan kearifan lokal pemerintah dan masyarakat setempat, untuk bangkit dari keterpurukan tersebut. Hampir seluruh program posdaya yang meliputi program pembangunan ekonomi kerakyatan, sosial kemasyarakatan dan cara bertani, menjadi perhatian serius para wisman.

Banyaknya kunjungan wisman khususnya, tidak terlepas dari relasi yang mampu dibangun oleh masyarakat Puton khususnya ketua Posdaya. Kini telah terbangun jaringan khusus dengan Korea Selatan, Jepang dan Canada yang tertarik untuk membangun rumah budaya mereka di desa wisata Puton. Menurut Soraya bila lahannya telah tersedia, rumah budaya tersebut akan segera terrealisasi dan tentu berdampak meningkatnya kunjungan wisman. Kini dari Pemerintah Korea Selatan secara rutin berkunjung 2 kali setahun. Kunjungan wisman dari Negara Eropa seperti Belanda, Belgia, swedia dan Jerman juga terbangun oleh relasi diantara pengunjung itu sendiri.

Kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) didominasi oleh kelompok mahasiswa terutama untuk kegiatan outbond maupun malam keakraban. Sejumlah 25 rumah yang dapat disewakan sebagai homestay dengan daya tampung 8-10 orang menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa. Sedangkan makan untuk seluruh anggota kelompok dapat disiapkan oleh ibu-ibu pengelola kuliner.

Untuk menunjang potensi wisata Puton, ke depannya Puton akan dijadikan kampung durian. Untuk itu telah disosialisasikan kepada seluruh warga agar menanam durian minimal 1 rumah 1 pohon dan beberapa tanaman lain seperti jeruk nipis dan tanaman yang benar-benar langka. Langkah ini sekaligus untuk menunjang program desa hijau kata Soraya. Potensi kerajinan juga telah dikembangkan seperti kerajinan sampah plastik oleh kelompok Srikandi, perajin kripik tempe, peyek dan batik jumput.

Keberadaan kali Opak yang memisahkan dusun Puton dengan desa Wukirsari Imogiri, belum dapat diberdayakan secara optimal. Kedalaman kali Opak 5-8 m dapat dijadikan sebagai arena lomba dayung dan lainnya yang berhubungan dengan wisata air. Soraya menjelaskan bahwa belum tersedianya perahu wisata, masih jadi kendala untuk mengembangkan wisata air di sini. Abrasi pada sisi utara Kali Opak di selatan jembatan karang semut, juga mengancam keberadaan kolam pemancingan di sana.


2. Desa Agrowisata Argorejo Sedayu

Pencanganan desa agrowisata Argorejo Sedayu, banyak tidaknya karena didukung keberadaan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan hamparan lahan pertanian yang cukup luas serta hasil pertanian yang menjanjikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Produk pertanian di luar padi yang dihasilkan yakni sayur-sayuran seperti : jamur merang, bayam, kangkung, caisim atau selada bakso, kacang panjang, lombok, terong, tomat, pare dan beberapa jenis sayuran lainnya. Buah-buahan yang dihasilkan : pepaya kalifornia, mentimun, semangka dan melon. Sedangkan yang dalam bentuk hasil olahan adalah criping bongkol pisang. 

Pada tahun 2008 dibangun komplek agrowisata di atas lahan kas desa seluas 4.000 m2 yang terletak di Jalan Gesikan Km. 0,5 Argorejo Sedayu. Komplek ini dilengkapi dengan kolam renang 3 buah ukuran : 10 x 20 x 1,6 m; 6 x 15 m x 70 cm dan 2,5 m x 8 m x 70 cm, ruang bilas, pemancingan 7 kolam, 1 aula pertemuan ukuran 9 x 18 m, ruang pamer/outlet ukurn 6 x 9 m, lahan pembenihan sayur dan buah, ruang pengolahan jamur, 3 buah gazebo ukuran 6 x 8 m, 6 buah kios dan 1 buah warung makan. Sementara kantor sekretariat belum ada, namun ada ruangan reseptionis. 

Untuk pengelolaan komplek, Gapoktan menempatkan 3 orang tenaga kerja tetap yang tugasnya antara lain merawat air kolam dengan memberikan kaporit dan PAC secara periodik. Air kolam seluruhnya menggunakan air tanah, sehingga tidak mengganggu air untuk sawah. Bahkan pembuangan air kolam juga membantu debit air untuk sawah dan berdampak kesuburan. Semua pengunjung yang masuk dalam komplek agrowisata ini tidak dipungut biaya, kecuali mereka yang berenang.

Untuk kolam pemancingan, terbuka 24 jam sehari. Dalam sehari semalam baru rata-rata 15-20 orang. Ikan yang tersedia untuk dipancing : lele, bawal dan nila. Prospek pemancingan ke depan akan terus dipromosikan sebagai suatu sarana rekreasi bagi masyarakat. Sementara ini tarif parkir kendaraanpun masih gratis, hanya untuk hari libur dan hari besar saja dikenakan biaya parkir.

Dimana kompleks agrowisata ini akan dijadikan pusat pelatihan pembenihan bagi masyarakat dan kalangan tertentu yang berminat, pusat penjualan benih tanaman sayur-sayuran mauapun berbagai benih buah serta tempat penjualan aneka sayuran dan buah. 

3. Desa Wisata Canden

Desa Wisata Canden : d/a. Canden, Jetis, Bantul, Yogyakarta.

Keberadaan sebuah desa wisata bergantung pada beberapa hal mendasar seperti potensi wilayah, program kelompok sadar wisata (pokdarwis), infrastruktur menuju desa wisata, promosi dan kesiapan masyarakatnya. Canden cukup potensial untuk jadi sebuah desa wisata. Paling tidak ada 4 lokasi yang memiliki potensi untuk mendukung status menuju sebuah desa wisata. Tentu saja selain ke lima hal tersebut di atas, kebijakan Pemerintah Desa sendiri, ikut menentukan sekali.

Potensi kesenian misalnya, banyak terdapat di dusun Kralas dengan adanya kelompok ketoprak, jatilan, srandul, sholawatan, kerawitan dan sinden ( terdapat 40 penyinden ) serta wayang kulit. Diketahui pula bahwa masing-masing jenis kesenian tersebut banyak peminatnya. Secara berkala sering diadakan latihan berbagai jenis kesenian tradisional ini. Sehingga jenis-jenis kesenian tadi, setiap saat siap dipentas. Untuk menjual berbagai seni tradisional yang telah dikuasai, Tentu perlu program yang pasti dan terarah dari Pokdarwis Panorama Agung yang telah dibentuk. 

Potensi lainnya adalah keberadaan 120 orang peramu dan penjual jamu tradisional secara berkeliling di susun Kiringan. Jenis jamu yang ditawarkan juga beragam baik cair maupun instan seperti : beras kencur, kunir asem, galian singset, cabe puyang, uyup-uyup, jamu sirih dan purwoceng. Masing-masing jenis tersebut mempunyai kegunaannya tersendiri. Ke depannya akan diproyeksikan kemungkinan perawatan kulit dengan menggunakan jamu tradisional, baik secara keseluruhan maupun paket khusus untuk organ tubuh tertentu.

Makanan kuliner yang banyak terdapat di dusun Wonolopo dan Bulusan juga menjadi daya tarik tersendiri. Di dua dusun ini banyak terdapat pembuat gatot, tiwul, onde-onde yang terbuat dari ketan, berisi bumbu kacang hijau yang bagian luarnya dilumuri wijen serta ukel yang juga terbuat dari ketan dan wedang uwuh. 

Wisata air di bendungan Tegal selama ini sudah cukup dikenal dengan adanya acara rutin Pek Cun pada bulan Mei. Acara budaya yang berbau keagamaan tersebut, sering juga diikuti dengan lomba perahu naga. Terlepas dari kegiatan lomba, perahu-perahu yang ada di sana, dapat saja digunakan untuk wisata air sambil menikmati indahnya alam desa. Kondisi bendungan Tegal yang tidak terlalu dalam dan tenang, ideal sekali untuk berperahu santai buat refresing keluarga.

Adanya kerajinan kulit di Jagan dan Ngibikan yang memproduksi jaket kulit, tas, dompet dan sabuk kulit serta berbagai asesoris dari kulit, menambah kasanah potensi wisata bagi para pengunjung yang datang ke sana. Di sektor agro, luasnya lahan persawahan yang sebagian masih dikelola secara tradisional, bisa diangkat sebagai potensi wisata dan dijual bentuk paket wisata pertanian seperti yang telah dilaksanakan pada desa wisata lainnya. 


4. Desa Wisata Gilangharjo

Pencanangan sebuah desa wisata tentunya dimaksudkan untuk mengangkat seluruh potensi yang ada pada suatu wilayah. Tujuannya agar dikenal oleh daerah lain dan diharapkan pula mampu mengangkat harkat hidup masyarakatnya. Demikian halnya dengan desa Gilangharjo yang mendambakan menjadi desa yang “Gilang Gemilang Panjang Apunjung Pasir Wukir Gemah Areripah Loh Jinawi Kerta Raharja”. 

Semboyan di atas dijadikan arah dasar tata kelola pembangunan jangka menengah desa menuju desa Gilangharjo sebagai desa wisata Seni dan Tani. Potensi desa Gilangharjo sendiri memang cukup besar. Selain dunia pertanian dengan hamparan persawahan yang luas, terdapat juga situs-situs peninggalan sejarah seperti selo gilang, masjid Migit dan makam prajurit Mataram. 
Selo gilang dipercaya sebagai tempat dimana Panembahan Senopati menerima wahyu keraton Mataram. Di lokasi inilah kerajaan Mataram pertama didirikan sebelum pindah ke Kotagede. Sekarang pada setiap Jumat dan Selasa Kliwon serta Rabu Legi, banyak peziarah dari berbagai daerah di pulau Jawa yang datang untuk bersemedi. Selain selo gilang, makam para prajurit Mataram yang dikenal dengan makan Sentono atau Pengger, juga jadi tujuan ziarah.

Potensi lainnya yang terdapat di dusun Kadekrowo yakni kerajinan topeng dan sanggar seni Giri Gino Guno. Di rumah Damhari seorang perajin topeng, selain dapat membli topeng yang diminati, wisatawan juga dapat belajar membuat topeng kayu maupun topeng dari kertas. Di sanggar seni Giri Gino Guno, warga Kadekrowo secara teratur belajar kerawitan, jatilan, reog maupun mocopat. 

Wisatawan yang berkunjung ke Gilangharjo dapat menikmati pentas seni tersebut di atas baik oleh kelompok anak-anak, remaja, ibu-ibu maupun bapak ibu atas permintaan terlebih dahulu. Di kompleks sanggar ini, juga terdapat sebuah home stay untuk wisatawan yang ingin tinggal lebih dari satu hari. Sanggara yang dibangun tahun 2007 oleh Craefour atas mediasi ibu Elisabet, juga berfungsi sebagi perpustakaan dan kantor pokdarwis pedukuhan.

Dusun Gunting dengan sendang Plompoh yang menurut sejarah tempat bersembunyinya prajurit pangeran Diponegoro. Mereka yang akan punya hajat bila berkunjung ke sedang ini dan dapat melihat bulus keluar dari liangnnya, dipercaya akan mendapat keberuntungan dalam hiduonya. Sehingga sendang inipun menjadi salah satu tujuan wisata religi. Mereka yang berkuntung ke dusun Gunting dapat pula membeli aneka batik tulis dan batik lukis yang perajinnya banyak terdapat di sana.

Dusun Kauman dan beberapa dusun lainnya dengan potensi perikanan air tawar dan pertanian sawah tradisional. Bila dikemas dengan baik, akan menjadi potensi yang sangat prospektif untuk dikunjungi. Sayangnya sampai saat ini, hampir seluruh potensi yang ada belum dikemas oleh Pokdarwis tingkat desa, sehingga bisa dijual. Semuanya masih dalam bentuk rencana ke depan.

5. Desa Wisata Lopati

Desa wisata Lopati : d/a. Dusun Lopati, Trimurti, Srandakan, Bantul, Yogyakarta. 

Dicanangkan sebagai desa wisata pada akhir 2007, namun selama masa itu sampai 2009 baru dalam tahap pembentukan mindset masyarakat. Dalam tahun 2010 Pokdarwis yang terbentuk baru mulai menggeliat. Dusun Lopati oleh Pokdarwis diarahkan sebagai desa wisata pendidikan. Terutama terhadap aneka kuliner dan kerajinan yang terdapat di sana. Walaupun demikian, paket wisata yang ada masih dikemas secara sederhana. Kesederhanaan ini dapat dilihat dari harga jual berbagai paket wisata yang ada di sana dengan harga yang sama yakni Rp. 10.000, sedangkan paket kesenian belum dapat dipatok harga jualnya. 

Potensi wilayah Lopati ada pada aneka kuliner seperti : mie lethek, bakpia, krupuk susu, tahu, geplak, tempe koro maupun dele, peyek, aneka kue, telur asin dan jamu serta pengolahan susu segar. Potensi kerajinannya : batik bamboo, segala kriya dari bamboo, batik tulis, kronjot/krondho, kandang ayam, batik tulis, arang bathok dan meubeler. Semua potensi tersebut di arahkan sebagai objek pembelajaran wisatawan yang dating ke sini. Sedangkan untuk member hiburan bagi pengunjung, baru dirancang paket seni dan budaya seperti : reok, jatilan anak-anak, kerawitan dan sholawatan. 

Kini masyarakat Lopati sudah menyadari arti penting keberadaan desa wisata yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi kerakyatan. Pengujung yang dating berkelompok dalam jumlah besar dan masih didominasi anak sekolah, berpengaruh terhadap penjualan produk masyarakat. Kini mulai didaftar rumah penduduk yang dapat dijadikan home stay bagi pengunjung. Saat ini baru terdata 17 rumah dengan 21 kamar dengan daya tampung 60 – 80 orang.

Manajemen desa wisata juga belum tertata, sehingga belum dapat diketahui berapa banyak wisatawan yang berkunjung ke sini dalam tahun 2011 misalnya. Demikian pula dengan total dana yang masuk. Kondisi Pokdarwis belum terlalu siap, namun tampak ada kemauan untuk berkembang maju dengan sering mengikuti pelatihan bidang kepariwisataan dan berkunjung ke desa wisata lainnya sambil belajar Pengelolaan sebuah desa wisata. Kepada reporter bantulbiz, Pairin salah seorang pengurus Pokdarwis sempat menanyakan harga peket seni budaya yang dijual di desa wisata lainnya.

Potensi kerajinan yang sangat menonjol di Lopati adalah kerajinan kronjot/krondho. Hampir 60 % kepala keluarga di dusun ini adalah perajin kronjot. Menurut salah seorang perajin, kronjot telah dikenal oleh masyarakat dusun Lopati sejak 1942 dan sampai sekarang masih terus dikeguluti. Mereka yang ingin belajar berbagai bentuk kuliner dan kerajinan, mungkin coco sekali untuk berkunjung ke desa wisata Lopati.

6. Desa Wisata Krebet

Desa wisata Krebet : d/a. Krebet, Seandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. 

Pedukuhan Krebet telah ditetapkan sebagai desa wisata sajak kurang lebih tahun 2000. Diangkatnya Krebet sebagai desa wisata, mulanya karena potensi potensi kerajinan terutama batik kayu. Di sini terdapat 49 perajin batik kayu. Kini tidak saja batik kayu, tapi tatah sungging kayu, genteng kayu dan beberapa kerajinan dalam skala kecil seperti pisau dapur, irus dan anyaman mending. Selain kerajinan, Pokdarwis desa Wisata Krebet juga mulai mengembangkan berbagai kesenian yang dijualnya dalam paket wisata seni dan budaya seperti : ketoprak, jatilan versi modern dan klasik, kerawitan dan mocopat. 

Kurang lebih ada 13 paket wisata yang dikemas Pokdarwis untuk dijual sebagai paket wisata. Paket belajar membatik topeng ukuran S Rp. 50.000 / orang, M Rp. 60.000 dan L Rp. 75.000 per orang, minimal 5 orang dengan fasilitas snack, souvenir dan hasil membatik dengan durasi 2 jam. Paket belajar anyam tikar ukuran plismet Rp. 40.000 per orang minimal 4 orang. Paket belajar membuat pisau dapur Rp. 35.000 / orang minimal 4 orang. Paket belajar ukir Rp. 50.000 per orang, minimal 4 orang. 

Beberapa paket lainnya seperti : Paket belajar kesenian Rp. 50.000 per orang, minimal 5 orang dengan durasi 1-2 jam dan mendapat fasilitas souvenir, snack, buku tembang atau buku gerakan. Paket nonton bareng tari, solawat, gending, jatilan, per kesenian Rp. 30.000 per orang minimal 25 orang. Paket kerawitan Rp. 50.000 per orang minimal 25 orang, paket mocopat Rp. 20.000 per orang minimal 25 orang, paket ketoprak Rp. 100.000 per orang minimal 25 orang. Selain itu masih ada paket jelajah desa Rp. 15.000, outbond Rp. 65.000 per orang minimal 25 orang dengan durasi 1-3 jam, wisata tradisi dan budaya yakni among-among Rp. 50.000 per orang minimal 10 orang dan paket belajar nitis Rp. 50.000 per orang minimal 4 orang.

Pokdarwis desa wisata Krebet baru mulai aktif kembali sejak 2009. Dari catatan pengunjung yang disampaikan Markun sebanyak 344 dalam tahun 2011, penulis merasa bahwa jumlah ini terlalu sedikit untuk pengunjung sebuah desa wisata. Paket belajar membatik dan ukir menurut Markun masih banyak ditangani langsung oleh masing-masing sanggar, sehingga tidak tercata dalam catatan Pokdarwis. Ke depannya akan dipikirkan agar semua paker belajar membatik maupun ukir, sebaiknya ditangani oleh Pokdarwis. Sedangkan seluruh paket kesenian, tradisi dan budaya saat ini sudah ditangani oleh Pokdarwis.

Sebagai sebuah desa wisata, di Krebet terdapat 40 rumah home stay. Ketika berkunjung ke salah satu home stay milik Agus Baskoro, terdapat 10 kamar, 3 kamar diantaranya kamar mandi dalam dengan tariff Rp. 100.000. Sedangkan 7 kamar dengan kamar mandi luar tarifnya Rp. 75.000. Kondisinya rapi, bersih dan sejuk karena dikelilingi banyak tumbuhan, bangunannyapun berbentuk asri. Menurut Markun dari 40 home stay yang ada, daya tampungnya bisa mencapai 100 – 120 orang. 

7. Desa Wisata Trimulyo Jetis

Desa Wisata Trimulyo : d/a. Trimulyo, Jetis, Bantul, Yogyakarta

Pemahaman desa wisata memang masih beraneka dalam masyarakat. Ada yang melihat desa sebagai suatu wilayah administratif kelurahan yang utuh, namun ada juga yang memandang desa dalam arti kampung atau pedusunan, sehingga dalam satu kelurahan bisa terdapat beberapa desa wisata. 

Dari 6 zona wilayah tersebut terdapat 16,3 ha luas lahan yang akan digunakan sebagai areal desa wisata. Zona pertama adalah dusun Blawong I seluas 3,9 ha, memiliki wisata potensi bukit Permuni dengan guanya yang berair jernih dan sejuk dalam gua batu, mitos watu amben, jaran sebrani, watu payung, watu panah, petilasan mani tetes, bumi perkemahan dan outbond. Dalam site plan yang telah disusun, pada zona ini akan dibangun flying fox. Zona kedua yakni dusun Blawong II seluas 9 ha dengan potensi kerajinan songket, kudung, payet, perak dan bordir. Pada zona ini akan dibangun juga kolam renang anak-anak, waterboom dan arena gokart. 

Zona III dusun Bembem dengan potensi wisata dermaga susur kali Opak, jembatan gantung bambu runcing, artshop yang menyajikan aneka handicraft, kuliner dan permainan anak. Zona IV dusun sindet dengan potensi wisata aneka kerajinan kaca dan payet. Pada zona ini, akan dibangun kebun buah. Zona V dusun Kembangsongo dengan potensi wisata batik sekar nitik, topeng kayu dan pasar tradisional. Zona VI dusun Puton dengan potensi wisata situs watu ngelak, pemancingan, kuliner dan kesenian gejog lesung. Ada 3 agenda wisata yang rutin di wilayah Trimulyo yakni agenda pacuan kuda di dusun Ponggok I (barat stadion Pacar) yang diselenggarakan oleh Pemkab Bantul bersama Pordasi pada bulan April dan Oktober serta gelar seni dan budaya setiap tanggal 4 November untuk memperingati HUT desa Trimulyo.

Pada setiap sona tersebut sudah terbentuk kelompok sadar wisata (pokdarwis) masing-masing yang dipayungi oleh panitia desa wisata kelurahan, untuk mengembangkan desa wisata Trimulyo yang terintegrasi. Tentunya konsep orisinil yang berasal dari masyarakat dan dirumuskan oleh panitia perencana desa wisata Trimulyo ini, bisa mendapat dukungan dari berbagai pihak. Selanjutnya kami mengharapkan pendampingan dari Pemerintah baik Kabupaten maupun Propinsi melalui dinas Kebudayaan dan Pariwisata serta lembaga non pemerintah yang peduli.

Potensi alam yang ada di desa seperti situs-situs bersejarah, keindahan alam dan kehidupan masyarakat tani, harus bisa dikemas untuk memberi dukungan pada potensi lainnya seperti kerajinan, kuliner dan kesenian tradisional. Konsep desa wisata harus dapat diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat. Untuk itu dibutuhkan kebersamaan yang harmoni antara sebagai pengayom masyarakat dan unsur masyarakat itu sendiri. 

8. Kebun Buah Mangunan

Kebun Buah Mangunan : d/a. Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kab. Bantul, Yogyakarta. 

Kebun dengan luas 23,6 ha terletak pada ketinggian 325 m di atas permukaan laut di desa Mangunan kecamatan Dlingo kabupaten Bantul ini, dibangun tahun 2003. Sebagai sebuah terobosan baru saat itu, gagasan mantan bupati Bantul Idham Samawi ini, mungkin dipandang hanya sebuah pemborosan. Namun saat ini manfaat keberadaannya mulai dirasakan. Selain sebagai objek wisata pendidikan, kebun buah Mangunan juga berkembang menjadi objek wisata keluarga, perseorangan, outbond, kemping dan wisata alam. Lahan kebuh buah Mangunan terdiri dari lahan kas desa, pelungguh dan lahan milik masyarakat yang disewa oleh Pemkab Bantul. 

Pada areal kebun buah ini telah ditanami rambutan 950 pohon pada 3.15 ha, mangga 950 pohon dalam 2,375 ha, durian 1.500 pohon pada 9,6 ha, jambu air 500 pohon pada lahan seluas 0,75 ha, jeruk 500 pohon pada 0,18 ha lahan dan 700 pohon aneka tanaman seperti : klengkeng, sirsak, matoa, cempedak, jambu dersono, nangka dan pepaya. Ditanam pula di sini 400 pohon cendana dan baru 1 batang pohon gaharu. Selain pohon buah juga ada tanaman sayur-sayuran organik seperti : sawi, tomat, terong, lombok, wortel, termemes, kacang panjang dan kangkung baik yang ditanam dalam poliback maupun di bedeng-bedeng. Ke depannya akan dikembangkan pula tanaman buah semangka dan melon. 

Di sini mereka mengembangkan konsep mix farming atau integreted farming. Dari 25 ekor sapi milik Pemkab Bantul yang dipelihara di sini, dalam sebulan dapat menghasilkan 3 ton pupuk organik. Pupuk yang dihasilkan sementara tidak dijual, tapi digunakan untuk memupuki tanaman buah dan sayur. Konsep ternak sendiri adalah untuk pengembang biakan, sehingga dalam setahun dapat menghasilkan 5 – 7 ekor anak sapi. Karena harus berorientasi juga untuk kontribusi ke APBD Pemkab Bantul, tanaman mangga yang kurang diminati pembeli dalam jumlah banyak, sebagian akan diganti dengan tanaman durian. Durian dari kebun buah ini dikenal sebagai durian Montong, yang harganya cukup mahal ( Rp. 20.000 / kg ) akan tetapi banyak diminati bakul buah.

Sebagai objek wisata, fasilitas yang disediakan untuk pengunjung antara lain : kolam renang anak-anak dengan kedalaman 0,5 sampai 1 m, 1 buah kolam rekreasi dengan perahu bebek, 3 buah aula ukuran 10 x 10 m, 12 x 20 m dan 9 x 15 m untuk kegiatan kelompok, areal api unggun, areal kemping, jembatan goyang, flying fox, refling, tracking dan aneka game dengan 5 orang pemandu yang berfungsi juga sebagai instruktur permainan. Ada sekitar 10 buah gasebo kecil di bawah rindangnya pepohonan untuk berkecengkarama 1 – 6 orang. Jalan dalam kebun buahpun dapat dilalui kendaraan roda empat dan tersedia tempat parkir yang luas. Terdapat juga 3 buah home stay dengan 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur dan MCK.

Mereka yang datang berkelompok dalam jumlah besar khususnya pada hari libur dan hari-hari besar, harus memesan tempat 1 – 2 bulan terlebih dahulu, demikian dijelaskan Sumadi. Ia juga menjelaskan, belumlah lengkap bila tidak sampai ke gardu pandang. Dari gardu pandang ini, wisatawan dapat melihat pantai Parangtritis, lembah kali Oyo yang juga dikenal dengan lembah belah bukit, komplek pendidikan Polisi di Selopamiyoro. Gardu ini juga disebut dengan bukit indah wisata melamun. Dari tempat ini kita dapat merenungkan kebesaran dan keagungan Tuhan. 

9. Desa Wisata Seloharjo: Potensi 
     Wisata Dusun Ngerco dan Puyan di 
     Puncak Merangi

Kesadaran akan potensi wisata suatu wilayah sebagai salah satu sumber daya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya, kini semakin dirasa penting. Berbagai desa wisatapun mulai diperkenalkan, namun belum semuanya mampu berkembang sebagaimana diinginkan. Desa Seloharjo, Pundong, juga memiliki potensi wisata peninggalan sejarah yang berada di dusun Ngerco dan Puyan. Pertama adalah gua sunan Mas dengan sumber mata air Surocolo di bawahnya. Dari sumber tersebut mengalir 2 sendang. Potensi kedua adalah 19 gua peninggalan Jepang di atas puncak Merangi. 

Di perbatasan ke dua dusun, terdapat gua Sunan Mas yang diyakini sebagai keterunan Amangkurat II. Di bawah gua tersebut terdapat 2 sumber mata air yang dikenal dengan sendang putri dan sendang kakung. Terdapat sebuah arca pada masing-masing sendang, yang dari hasil penelitian diyakini berusia sama dengan candi Borobudur. Pada sendang putri saja aliran airnya masih berjalan baik. namun sendang kakung, airnya sudah tidak terairi melalui sendang, tapi melalui saluran primer yang dibangun masyarakat. 


Air dari kedua sumber tersebut kini digunakan masyarakat sebagai sumber air minum dan untuk mengairi sawah. Pada musim kemarau debit air dari sendang kakung 8 liter per detik, sedangkan dari sendang putri 3 liter per detik. Saat ini Pemerintah desa Seloharjo baru mengajukan proposal bantuan ke LPM UGM dan Saker proyek air minum provinsi DIY untuk membangun instalasi primer air minum yang dapat melayani kebutuhan 340 kepala keluarga dari 2 dusun.

Di atas puncak Merangi dengan ketinggian kurang lebih 400 – 500 m di atas permukaan laut, terdapat 19 gua peninggalan Jepang. Kondisi gua peninggalan tersebut sebagian besar masih baik dan dapat dijadikan objek wisata peninggalan sejarah. Yang menarik bahwa antar gua terhubungan dengan saluran penghubung antar pintu. Sayangnya saluran tersebut sekarang dalam kondisi tertimbun tanah. Ada gua yang mempunyai bilik tidur dan puncak pengintai, ada pula gua dengan fasilitas tungku dapur

Hampir semua gua yang ada memperlihatkan fungsi pertahanan militer. Bila saluran penghubung antar pintu gua bisa dikembalikan seperti kondisi semula, bukan tidak mungkin tempat ini bisa dijadikan lokasi shooting untuk film perang di masa-masa perjuangan kemerdekaan. Tempatnya terjangkau dengan kendaraan roda empat, agak jauh dari pemukiman penduduk dan kondisi sekitarnya adalah hutan jati rakyat yang asri dan sejuk. Di sekitar guapun terdapat jalan melingkar yang bisa dilalui kendaraan roda dua maupun empat. Dari puncak Merangi tersaji pemandangan ke laut yang cukup indah.

Hampir seluruh puncak Merangi seluas 70 ha, adalah tanah Sultan Ground yang dipercayakan Sultan pada masyarakat sekitar untuk dihijaukan dengan tanaman umur panjang. Sedikit saja yang milik pribadi. Umumnya yang ditanami masyakarat adalah pohon jati, mahoni, akasia dan beberapa tanaman umur panjang lainnya. Sekarang banyak juga ditanam pohon jati kebon (jabon) yang berusia 5 tahun. Terdapat juga di sana pohon kelapa dan pohon buah seperti jambu mete, mlinjo dan lainnya. Sekitar 500 m dari komplek gua, terdapat sumur dengan kedalaman 2,5 - 3 m sebagi sumber air bagi yang membutuhkan.

Gua-gua yang ada di sana saat ini sebagian besar dalam kondisi terawat, setelah Balai Purbakala mengangkat 4 pemuda desa setempat sebagai PNS dan 2 orang tenaga honorer. Sayangnya jalan dari dusun Ngerco ke puncak Merangi sepanjang 2,5 km dalam keadaan rusak berat. Bila akan dijadikan objek wisata peninggalan sejarah dan wisata alam, sangat dibutuhkan perbaikan dan pengaspalan jalan sepanjang 2,5 km, Gasebo yang cukup luas, beberapa bangunan kios, bangunan MCK dan fasilitas bermain lainnya.

10. Desa Wisata Karang Tengah  
        Imogiri

Desa Wisata Karang Tengah : d/a. Dusun Mojolegi Rt. 03 Karang Tengah, Imogiri, Bantul, Yogyakarta 

Suatu wilayah dijadikan sebagai desa wisata banyak bergantung pada potensi wilayah tersebut yang didukung potensi masyarakatnya. Karang Tengah sendiri cukup layak untuk dijadikan desa wisata. Ada potensi agro di sana, khususnya tanaman jambu mete di areal Sultan Ground seluas 60 ha. Sejak 2005 areal tersebut sudah mulai ditanami jambu mete atas anjuran Gusti Pembayun. Kini areal tersebut hampir seluruhnya sudah penuh dengan jambu mete. Selain ditanam langsung oleh penduduk sekitar yang diserahi untuk mengelola, menanam jambu mete juga menjadi paket kegiatan wisatawan yang kebanyakan dari Jepang. Pada tahun 2009 BNI 46 memberikan bantuan 10.000 bibit jambu mete, yang semuanya sudah ditanam. 

Setiap kepala keluarga diserahi lahan seluar 2000 m2 untuk ditanami jambu mete. Selain buahnya yang dapat dijual, di pohon-pohon jambu mete ini juga dikembangkan ternak ulat sutra liar. Hasilnya dijual pada PT. Yarsik untuk dijadikan benang sutra. Walau belum ditetapkan keputusan Bupati Bantul, namun sejak 2007, wilayah ini telah masuk dalam daftar desa wisata pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul. Potensi kerajinan juga ada di sini seperti batik tulis dengan pewarna alami, sentra perajin rangko keris, perajin bubut kayu, kripik peyek, bakpia dan jamu instan. Sebagai desa wisata, di dusun Mojolegi juga sudah terdapat 20 rumah untuk home stay. 

Selain tanaman jambu mete yang jumlahnya 50.000 - 60.000 pohon saat ini, di sini juga banyak terdapat tanaman lainnya seperti kesumbo dan indigovera untuk pewarna batik, kemenyan, nogosari (bahan untuk rongko keris), biola, sawo bludru, sawo kecik, preh, ringin dan tanaman langka. Areal hutan jambu mete yang berada di daerah perbukitan sampai ketinggian 300 m di atas permukaan laut, telah dibangun 5 gasebo untuk wisatawan, 1 ruang pameran, 1 rumah untuk laboratorium ulat sutra dan 1 rumah jaga. Dari kondisi geografis maupun topografisnya, wisata tracking dan hiking, outbond dan api unggun sangat marketable untuk dijual sebagai paket wisata unggulan. Juga wisata ilmiah seperti penelitian ulat sutra dapat di kemas di areal ini. Kendalanya adalah ketersediaan air bagi wisatawan dan jalan yang menanjak, sehingga hanya dapat digunakan kendaraan roda empat ukuran kecil dan sepeda motor.

Paket wisata yang sudah dijual antara lain : wisata spiritual ke pertapaan Ki Ambar Sari (watu wedhok), wisata budaya ( gamelan, gejog lesung, kerawitan, jathilan, seni bergodo keprajuritan, laras madyo dan sanggar seni laskito mas. Wisata belanja (batik di showroom Kasiutri) dan kuliner, paket wisata belajar : membatik, mebuat rongko keris dan bubut kayu. Dari pengamatan dan hasil wawancara dengan ketua Pokdarwis, rupanya manajemen desa wisata di sini belum mampu dikelola secara professional. Catatan pengunjung saja kurang terawatt dan dalam buku profil yang dikeluarkan Pokdarwis, tidak dilaporkan berapa pengunjung yang tercatat. Pramuwisata untuk wisman juga tidak ada. Jika ada tamu asing, masih meminta bantuan staf PT. Yarlsik. Objek wisata lain yang dekat seperti makam raja-raja mataram, belum dikemas sebagai paket wisata yang dapat dijual.

Paket-paket wisata yang akan dijual, baru dalam proses cetak. Sehingga paket baru apa yang akan dijual belum diketahui. Demikian pula dengan harga jual per paketnya. 20 home stay yang ada, menyediakan 40 kamar yang cukup represtatif dan mampu menampung 80 wisatawan. Letak dusun Mojolegi yang letaknya kurang lebih 2 km dari objek wisata makan raja-raja Mataram di Imogiri yang sudah cukup dikenal wisatawan, mudah untuk dijangkau. Dari sebelah barat bekas pasar Imogiri ke selatan kurang lebih hanya 1,5 km.

11. Desa Wisata Kalibuntung - 
       Konsentrasi Wisata Outbound

Desa Wisata Kalibuntung : Sekretariat Rt. 05 Dusun Tangkil, Srihardono, Pundong, Bantul, Yogyakarta – Jln. Parangtritis Km. 21 

Upaya beberapa tokoh mudah dusun tangkil untuk menjadikan wilayah dusunnya sebagai salah satu objek wisata, kini sudah menjadi kenyataan. Sejak pertengahan tahun 2011, wilayah ini telah dimasukan dalam daftar objek wisata oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul. Dengan spesifikasi tertentu, dusun Tangkil dijadikan sebagai desa wisata outbound. Desa wisata ini telah menerima 20 kelompok pengunjung yang melakukan aktivitas outbound di sini. Umumnya masih dari wilayah Yogyakarta dan terjauh kelompok pelajar dari Depok Jawa Barat. 

Areal kegiatan outbound itu sendiri hanya berkisar 1 ha di atas lahan kosong diantara rumah-rumah penduduk. Kondisi perkampungan yang cukup asri, membantu keberadaan desa wisata ini saat menerima kehadiran pengunjung. Antusiasme masyarakat dusun Tangkil sangat terasa, saat Pokdarwis akan mendirikan gasebo ukuran 6 x 8 m. Mereka dengan ikhlas menyumbang pohon kelapanya untuk dijadikan tiang penyangga maupun usuk serta reng atap gesebo. Bahkan rumah yang dijadikan sekretariat gasebopun dipinjamkan secara cuma-cuma pada Pokdawis. Berbagai paket outbound ditawarkan pada pengunjung secara selektif di objek wisata ini. Selain mendatangkan trainer dari luar, Pokdarwis Kalibuntung juga menyiapkan trainer sendiri yang berpendidikan dan berwawasan serta pengalaman yang luas. 

Paket kegiatan outbound yang telah dirancang yakni : sarasehan motivasi, family day/gathering, kid calistung (baca, tulis, hitung), outbound instansi/perusahaan/kantor + game, parenting, pelatihan guru, lomba dan wisuda, promosi sekolah, field trip pendidikan, dogeng anak, badut + sulap, wisuda TPA, makrab (malam keakraban), api unggung, tracking (pendek, menengah dan berat), valentine day, kuliner desa, naik gethek/rakit, menyusuri kali opak dan daerah pusat gempa, berbagai paket trainning (marketing, enterpreneurship), kegiatan produktif (membuat gerabah, telur asin, tempe, peyek, criping pisang, bakso, abon, arem-arem, emping, wayang, pakaian reog dari kertas dan daun) dan paket kesenian (kerawitan, gejog lesung, reog, sholawatan dan terbanan). Semuanya dikemas dengan serius namun tetap dalam suasana santai dan rilex, agar peserta betah dan bersemangat, demikian diungkapkan Holis Irawan salah seorang pengurus Pokdarwis.

Fasilitas yang tersedia di lokasi objek wisata ini antara lain : trainner, arena bermain, titian ban di atas air, flying fox, gasebo, warnet dan hot spot area, home stay ( 10 rumah), barak stay ( 5 rumah), kemah kampung ( 2 tenda komando) dan mini zoo. Masih banyak fasilitas pendukung lainnya yang juga tersedia di objek wisata ini untuk mendukung berbagai kegiatan outbound. Dalam koordinasi yang terstruktur dengan baik, para ibu di dusun Tangkil selalu siap kapanpun untuk menyajikan makanan bagi kelompok pengunjung. Jenis kuliner spesifik dari Tangkil adalah miedes (mie pedes) dari bahan ketela dan piztul (pizza Bantul). Selain itu, di objek wisata ini pengunjung dapat menikmati aneka makanan tradisional yang lezat dan gurih.

12. Candran Kampung Tani  
        International

Museum Tani Jawa Indonesia : d/a. Candran, dusun Mandingan, Desa Kebonagung, Imogiri, Bantul 

Candran sebuah kampung di dusun Mandingan Kebonagung Imogiri, kini dikenal sebagai kampung tani International. Gagasan yang dibangun Kristyo Bintoro mantan luruh Kebonagung, diawali dengan berdirinya museum tani Jawa Indonesia tahun 2006. Sebetulnya gagasan tersebut berangkat dari keprihatinan Kristyo terhadap nasib petani di desanya yang tidak kunjung sejahtera. Harus ada terobosan lain yang dapat dinikmati para petani agar ada penghasilan tambahan yang diperoleh mereka. Potensi dunia pertanian dengan pola tradisional, harus dapat dikemas dan dijual pada masyarakat perkotaan dan dunia internasional. 

Museum ini mengkoleksi alat pertanian tradisional seperti : luku, nggaru, blak (peralatan untuk menanam padi agar baris tanam menjadi lurus), gosrok, cangkul, pacul, sabit, gathol (alat untuk membuat galian, mirip sabit), singkal, kejen, sambilan, lading dan caping. Selain alat pertanian di museum ini juga disimpan alat masak tradisional seperti anglo, pipisan, talenan, ungkal, telenan potong, ganco, munthu, ceting, kukusan, wajan, tungku, parangon dan kendil. Peralatan tersebut di atas umumnya berusia di atas 50 tahun, yang sebagian merupakan peninggalan leluhurnya dan dari masyarakat sekitar dusun Candran, bahkan ada yang didatangkan dari luar Bantul. Alat kesenian juga terdapat di museum ini seperti lesung, egrang dan nini thowong. Saat ini ada kurang lebih 260 koleksi. 

Paket wisata di kampung tani internasional ini, berorientasi pada tata kehidupan masyarakat agraris. Membajak dengan kerbau, nggaru, gosrok dan tandur menjadi paket utama. Paket penunjang lain seperti paket pembelajaran : membuat apem, cemplon, geplak, tempe, kripik, masakan dan minuman tradisional, membuat telur asin, membatik dan tatah sungging kulit. Paket bersepeda keliling dusun dan mengarungi sungai Opak dengan perahu naga, rakit serta mendayung dengan sampan dan memancing. Paket kesenian yakni gejog lesung, nini thowong, jatilan dan kerawitan. Untuk paket tradisi, disajikan tatacara kenduri dan wiwitan. Agar para wisatawan berkesan dengan kunjungan mereka, disajikan pula permainan menangkap belut, ikan, itik dan ayam. Kegiatan festivalpun dirancang di Candran dengan lomba memedi manuk, ngliwet dan tandur.

Keberhasilan yang mulai menapak dari rancangan keberadaan kampung tani internasional di Candran, dapat dilihat dari statistik pengunjung. Jumlah pengunjung ke Candran menunjukan peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Dalam tahun 2008 wisatawan nusantara (wisnus) 2993 orang, wisatawan mancanegara (wisman) 175 orang. Tahun 2009 wisnus 5342 dan wisman 238, 2010 wisnus 7391 dan wisman 439, sedangkan di tahun 2011 wisnus 9450 dan wisman 617 orang. Sampai saat ini tercatat pengunjung dari 30 negara selain Indonesia, mengunjungi Candran. Banyaknya kunjungan wisman, berdampak pada adanya kesepahaman dengan fakultas bahasa Univ Gajah mada, untuk menjadikan museum tani jawa sebagai laboratorium praktek bahasa Prancis bagi mahasiswa D3 jurusan bahasa Prancis.

Dengan kondisi yang sudah berkembang saat ini, Kristyo sebagai penggagas belum merasa puas. Kampung Candran belum tertata rapi, layaknya sebuah desa wisata. Jalan dalam kampung sebagian besar masih berbentuk jalan tanah, lingkungan perkampungan belum nampak asri dan homestay belum ada di Candran. Pola kehidupan masyarakat yang cenderung banyak mengadopsi pola masyarakat kota, menjadi tantangan untuk dikembalikan pada budaya asli desa, terutama pada tatanan busana keseharian pria maupun perempuan desa. Kalau dapat dipertahankan, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi masa depan desa wisata Candran.

Letak Candran 17 km dari pusat kota Yogya atau hanya menempuh 30 menit perjalanan berkendaraan. Jumlah penduduk 315 kepala keluarga atau 1539 jiwa. 484 orang diantaranya adalah petani dan peternak. Luas lahan sawah 20 ha yang sebagian besar masih digarap secara tradisional. Potensi wisata airpun hanya berjarak ratusan meter saja dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sambil menyusuri desa atau bersepeda. Mungkin dengan menjual berbagai jenis makanan tradisional, barang-barang kerajinan maupun membangun homestay.


13. Desa Wisata Kebonagung

Desa Wisata Kebonagung : d/a. Sekretariat Pokdarwis Tambak Tegal Agung, Talaban dusun Jayan Rt. 04 Kebonagung, Imogiri, Bantul, Yogyakarta.

Hidup di perkotaan memang akrab dengan segala kebisingan, ketergesaan, rutinitas yang monoton dan keakuan individu. Lama kelamaan orang merasa penat, sehingga rindu suasana yang tenang dan damai. Suasana seperti itu masih tampak jelas dalam komunitas masyarakat di pedesaan. Sikap hidup sebagian besar masyarakat pedesaan di pulau Jawa yang nrimo ing pandum (menerima secara tulus realitas kehidupan yang sedang dijalani) mewarnai suasana hidup mereka yang tenang dan damai. Kondisi ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak kelompok masyarakat di perkotaan. Sektor pertanian yang akrap dengan masyarakat desa, menjadi daya tarik utama bagi orang kota untuk ikut merasakan sendiri.

Desa wisata kebonagung dirintis oleh para tokoh masyarakat, setelah mencermati berbagai kecenderungan hidup masyarakat kota dan potensi desa yang dimiliki. Sejak tahun 1998 para tokoh masyarakat desa Kebonagung merintis keberadaan Kebonagung sebagai desa wisata. Dengan melibatkan anggota masyarakat, terbentuklah kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Tambak Tegal Agung yang mengkoordinir seluruh aktivitas desa wisata. Desa wisata Kebonagung terpusat di dusun Jayan dan sekitarnya seperti Tlogo dan Kalangan. Jarak tempuh ke desa wisata dari kota kecamatan Imogiri 2 km, kota Bantul 5 km dan dari kota Yogyakarta 15 km kearah Panggang Gunungkidul. Bahwa status Kebonagung debagai desa wisata, telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati Bantul Nomor 359 Tahun 2006 tanggal 16 Desember 2006. 

Luas area persawahan 10 ha sangatlah menunjang wisata pertanian seperti pembelajaran cara meluku, nggaru, menanam dan menyiangi padi. Potensi lainnya yang ikut dipromosikan antara lain keberadaan bendung tegal dengan wisata air ( mendayung dengan perahu naga, cano dan sampan), kerajinan (belajar membuat gerabah, anyaman bambu, membatik kain maupun kayu), budaya dan seni (gejog lesung, kerawitan, rias janur, laras madya, wayang kulit, campur sari, jatilan, seni tradisional lainnya seperti kenduri, wiwitan dan saparan), makanan tradisional ( membuat tempe, apem, emping mlinjo), ngenger ( mengikuti kegiatan keseharian penduduk desa), out bond (flying fox, jarring laba-laba, titian goyang, game beregu dan bola bambu) dan api unggun.

Fasilitas penunjang yang disediakan di desa wisata : home stay yang menyatu dengan rumah penduduk ( 54 rumah atau 108 kamar, mampu menampung 216 orang dan sangat representatif), pendopo ukuran 12 x 12 m untuk kegiatan kelompok, sepeda, kereta mini dan andong untuk berkeliling desapun disiapkan oleh Pokdarwis. Biaya tinggal di desa wisata ini rata-rata Rp. 100.000 per orang per hari, mendapat makan 3 kali plus snack. Sebagai Desa wisata, dusun Jayan dan sekitarnya dipandang sudah cukup representative ditunjang pula jalan dalam kampung yang beraspal atau cor blok dan lingkungan tempat tinggal yang bersih. Mereka yang berminat untuk belajar pemanfaatan biogas dan proses pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan, juga terdapat di wilayah ini. Kandang sapi kelompok yang menyatu di luar dusun, sangat menunjang proses pembelajaran.

Jumlah pengunjung selama tahun 2010 sebanyak 28 kelompok (Jakarta 12 kelompok, Indramayu 1, Bogor 1, Semarang 1, Batang 1, Yogyakarta 7, Korea 1. Jepang 1, Singapur 2,Malaysia 1) dengan jumlah peserta 1.629 orang dan nilai paket sebesar Rp. 129.547.000. Untuk tahun 2011 jumlah pengunjung 36 kelompok ( Jakarta 5, Bogor 2, Jateng 7, Bandung 1, Surabaya 2, Yogyakarta 16, Prancis 1. Swiss 1, Jepang 1) dengan peserta 2.152 dan nilai paket sebesar Rp. 202.105.000. Jumlah tersebut belum termasuk pengunjung perorangan pada hari-hari tertentu maupun saat perayaan Pek Cun setiap bulan Juli.

Ada 21 paket kegiatan yang ditawarkan di desa wisata Kebonagung. Jenis dan penawaran harga paket : pertanian Rp. 30.000, membatik kain Rp. 40.000, membatik kayu (teklek/sendal Jawa) Rp. 40.000, cetak gerabaj Rp. 30.000, menghias caping Rp. 40.000, belajar kerawitan Rp. 30.000, Ngenger Rp. 25.000, menyusuri sungai Opak (arus tenang) Rp. 30.000, rias janur Rp. 35.000, bersepeda santai Rp. 30.000, hiking mencari jejak Rp. 15.000, api unggun sambil bakar jagung manis Rp. 25.000, memancing ikan (alat pancing, umpan tersedia) Rp. 20.000, proses membuat telur asin Rp. 10.000, proses membuat gula jawa Rp. 15.000, proses membuat kue apem Rp. 15.000, proses membuat kue cemplon Rp. 10.000, senam kesehatan jasmani Rp. 10.000, perlombaan gejog lesung Rp. 20.000, outbond Rp. 40.000, belajar tari Jatilan Rp. 25.000.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar